Hidup Dengan Serba Instan
Di koran-koran, di televisi, di radio-radio, sungguh mudah sekali
untuk menemukan berita-berita tentang bagaimana ketidaksabaran
manusia-manusia modern telah membuat persoalan sepele menjadi berat.
Ada kejadian tentang bagaimana seorang pengendara motor menjadi
begitu tidak sabar terhadap pengemudi mobil di depannya dan kemudian
menganiaya pengemudi tersebut hanya karena sang pengemudi begitu lambat
bereaksi ketika lampu hijau menyala. Ada cerita tentang seseorang yang
menjadi korban penipuan dukun pengganda uang hanya karena orang itu
tidak sabar untuk segera menjadi kaya. Ada banyak cerita tentang
ketidaksabaran yang membawa sengsara.
Refleksi Kehidupan
Refleksi Kehidupan
Hari ini aku banyak sekali melamun, dari memikirkan kehidupanku
setelah lulus kuliah sampai nanti akan kerja, disana aku sedikit
berpikir, apakah akan ada pasangan hidup untukku? Entahlah, aku juga
tidak tahu. Aku sejenak berpikir, mungkin dengan sifatku yang buruk ini
akan sulit mendapatkan pasangan (kemudian aku menuliskan sifat burukku,
kok banyak banget sih), lalu sedikit tersenyum dan berpikir, ada juga
orang yang lebih buruk dariku tapi bisa mendapatkan pasangan hidup
(berusaha membesarkan hati sendiri sebab tidak ada orang yang
mensupportku, kemudian aku menulis sifat baikku, astaga sedikit sekali).
Menjalankan Kehidupan Ini Dengan Berdana
Menjalankan Kehidupan Ini Dengan Berdana
Kita tahu sebagai umat Buddha berdana adalah salah satu dari 10
paramitha. Berdana kita harus melakukannya kalau tidak kapan lagi. Akan
tetapi pada saat ingin melakukannya munculah pemikiran yang tidak
diharapkan. Pemikiran semacam ini harus kita hentikan. Contohnya berdana
sutra atau buku dhamma kepada semua umat. Pada waktu mau berdana timbul
pemikiran biaya mencetak mahal, mendingin uangnya dibelikan yang lain,
dan lain sebagainya. Padahal kalau kita mau beli sesuatu terutama yang
kita sukai. Mahalnya seberapapun kita berani keluarkan uang
sebanyak-banyaknya, bahkan uang yang ada didompetpun/di atm dihabiskan
sampai tak tersisa. Padahal barang yang kita beli itu ada yang harganya
lebih mahal daripada mencetak buku dhamma atau sutra Buddha. Inilah
Contoh-contoh yang pernah kita lakukan sehari-hari walaupun hanya
sekali, dua kali, atau berkali-kali. Kita harus ingat berdana merupakan
kesempatan seseorang untuk berbuat baik.
Oleh karena itu kita harus merubah
pemikiran kita. Anda bisa menabung lima ratus rupiah per hari, seribu
rupiah per hari, jumlahnya bebas tentukan sendiri, tanpa ada unsur
paksaan manapun. Ini mudah dilakukan bukan! Hitungannya demikian, contoh
saja 500 rupiahX30 hari=15000 rupiah. Jadi selama sebulan kita punya
tabungan 15000 rupiah. Misalnya kita mau mencetak sutra yang isinya
sedikit hanya beberapa halaman. Seperti sutra jasa pahala membuat patung
Buddha, dan lain-lain. Setelah itu kita bisa menggunakan jasa foto copy
digital. Nggak mahal foto copy digital 1 lembar A4 hitam putih harganya
hanya 120 rupiah, ada yang 125 rupiah, harga tergantung pemilik
setempat. Hitungannya seperti ini=bila sutra yang kita cetak hanya 5
lembar saja.
Jadi 5 lembarX120 rupiah=600 rupiah. Bila ingin sampul
mika, maka untuk biaya penjilitan mika dan memakai plak ban (solasi
hitam) seharga 1500 rupiah saja. Jadi satu buku seharga 1500+600=2100
rupiah saja. Selanjutnya kita punya uang sebesar 15000:2100=7 buku sutra
yang dicetak. Kalaupun ingin jilid sendiri dirumah, itupun kita hanya
membeli sampul mika. Ada yang seharga 500 rupiah ukuran A4, jadi kalau
kita menjilid sendiri lebih tidak memakan banyak biaya. Total kita
sebulan menghasilkan 7 sutra hanya dengan menabung 500 rupiah saja. Bila
satu hari menabung lebih dari 500 rupiah maka buku yang dicetak akan
lebih banyak.
Jika tidak menggunakan jasa foto copy digital. Kita menggunakan
komputer sendiri, biayanya tergantung setiap seseorang dalam menghitung
dengan caranya sendiri-sendiri. Mudah bukan! Setelah itu jangan lupa
untuk menyalurkan buku dhamma/sutra Buddha kepada yayasan Buddha
terdekat di kota anda. Contoh lainnya berdana makanan kepada Bhikkhu
yang sedang berpindatta. Kita harus berbahagia. Jangan berpikiran kalau
ada bhikkhu yang berpindatta karena alasan nanti bhikkhunya mengganggu
bisnis saya, mengganggu aktifitas saya, dan lain-lainnya. Semua harus
ingat bahwa Sang Buddha berpindatta berjalan dari rumah ke rumah untuk
memberi kesempatan orang untuk berbuat baik. Kesempatan demikian jangan
dilewatkan, karena berdana kepada bhikkhu sangha merupakan ladang yang
subur.
Ada contoh yang tidak baik dalam berdana, karena merugikan pihak
lain. Contohnya ketika kita mau berdana yang memerlukan pengeluaran
uang, seperti berdana di tempat ibadah, dan lain-lain. Pada waktu
berdana kita menggunakan uang orang lain tanpa seijin pemiliknya. Bahkan
kita bisa bertengkar dengan orang lain hanya karena masalah tersebut.
Sayang bukan! Kita bisa mendapatkan sindiran yang miring, bahwa
ajarannya yang begini, begitu, dan lain-lain (ucapan yang buruk).
Lagi-lagi yang disindir ajarannya. Padahal ajaran Buddhisme itu
baik/welas asih, tetapi kita yang kurang tepat menjalankannya, jadi kita
yang kena perkataan yang tidak berkenan. Oleh karena itu jangan
merugikan diri sendiri, apalagi merugikan orang lain. Malu bukan bila
ini terjadi!
Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu.... Sadhu..... Sadhu.....
Karakteristik Buddhis
Karakteristik Buddhis
Buddhadhamma merupakan ajaran yang dibeberkan dan dikumandangkan oleh Buddha Gotama yang berasal dari anak Raja Sudodhana penguasa Kapilavatthu. Karena ketidak-inginan Beliau akan kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki oleh orang tuanya dan Beliau memiliki kecenderungan untuk hidup bebas dan penuh ketenangan, maka Beliau meninggalkan istana kerajaan yang menawarkan kemelekatan duniawi, sementara Beliau memilih untuk bebas dari keterikatan duniawi. Pada akhirnya Beliau keluar dari istana untuk mencari obat agar dapat membebaskan diri dari keterikatan duniawi yang pada akhirnya membawa dukkha. Setelah melakukan pengasingan selama enam tahun di hutan Uruvella, Beliau memperoleh pencerahan.
Pencerahan inilah yang kemudian Beliau kumandangkan kepada dunia melalui
dua orang pedagang yang bernama Bhallika dan Tapussa, selanjutnya
kepada Lima Pertapa Kondanna, Pertapa Vappa, Pertapa Bhaddiya, Pertapa
Mahanama, dan Pertapa Assaji.
Manusia-wi
Manusia-wi
Pandita R. Hardjon Dhammaraja
Berbicara soal “Manusia”, sesungguhnya dalam
Buddhadhamma hal itu termasuk bagian dari 31 alam kehidupan yang ada dalam satu
tata surya. Manusia bukan termasuk makhluk yang mengalami dukkha
(ketidakpuasan) sepanjang waktu dan bukan pula makhluk yang mengalami sukha
(kebahagiaan) sepanjang waktu. Kehidupan manusia di alam ini mengalami sukha
dan dukkha silih berganti dan terus-menerus dialami oleh penghuni alam tersebut
sebelum mampu mencapai Penerangan Sempurna.
Sebagai umat Buddha yang mengalami dukkha tidak
diharapkan untuk bersedih, karena dukkha sifatnya sementara dan merupakan fakta
hidup yang tidak bisa ditolak ataupun dielak. Dalam hal ini yang paling penting
adalah kita bisa menyadari kondisi tersebut sebagai suatu fakta kehidupan dan
tidak pula berharap penuh dengan kegembiraan yang berlebihan ketika mengalami
sukha, karena sukha bersifat sementara dan pertanda akhirnya dukkha. Justru
dengan kebahagiaan yang sementara dialami, perlu berbagi kepada orang lain di
sekitar kita, sehingga yang lain turut merasakan kegembiraan kita. Begitu pula
dengan makhluk-makhluk yang tak tertampak oleh kasatmata, berbagi kegembiraan
kepada mereka sebagai cara pelimpahan jasa kebajikan. Cara ini khas Buddhistis
yang merupakan tradisi yang berawal dari zaman Buddha Gautama.
Tujuan Hidup
Tujuan Hidup
Paulina Tandiono
Paulina Tandiono
Kenapa kita harus terlalu melekat pada diri ini? cobalah renungkan,
tubuh ini dan paras ini walaupun secantik dan seganteng apapun, suatu
ketika akan layu, dan isi didalam tubuh ini hanyalah berisi tengkorak
dan cairan darah, yang membuat orang yang memandang itu menjadi ngeri,
jijik dan takut, dan kalau tengkorak ini dibakar maka jadilah abu, jadi
apa yang kita banggakan tentang diri ini? Semuanya akan kembali ke
unsur2 aslinya, sadarilah! Hidup di dunia ini bukanlah untuk memupuk
kecantikan lahiriah dan pemuasan nafsu semata aja, tapi kita datang ke
dunia ini tujuannya adalah untuk menyempurnakan diri, bukan untuk
menyempurnakan kecantikan lahiriah, karena kecantikan ini hanya bersifat
sementara dan tidaklah kekal, tapi kalau kita terus menyempurnakan
diri, maka kita akan mendapatkan bonus selain kecantikan dari dalam,
kita juga akan mendapatkan kecantikan lahiriah yang alami, bukan yang
dipermak dari kulit sebelah luar.
Dhamma dan Dhamma
Konon di jaman Tiongkok kuno dulu, pernah hidup seorang pakar kuda.
Dia sangat mahir mengenali dan memilih kuda unggulan. Kemasyurannya
semakin bertambah setelah dia menulis sebuah buku panduan tentang
bagaimana memilih kuda yang unggul. Menurutnya salah satu cirinya adalah
mata yang besar, dahi yang simetris dan kaki belakang yang kuat.
Alkisah, sang pakar kuda memiliki anak yang tidak begitu cerdas, namun dia ingin sekali mengajarkan ilmunya memilih kuda yang tangguh itu kepada anaknya. Dalam rangka memberikan latihan, maka dia pun memberikan buku panduan memilih kuda tersebut kepada sang anak dan menugaskannya berkelana untuk mencari seekor kuda yang tangguh dan membawanya pulang ke rumah. Ternyata, tak sampai beberapa jam, sang anak sudah kembali ke rumah berteriak-teriak memanggil ayahnya bahwa dia sudah menemukan kuda unggul. Begitu sang ayah keluar, ternyata si anak membawakan dia seekor kodok. Menurut sang anak, “si kuda unggul” tersebut memiliki mata yang besar, dahi yang simetris dan kaki belakang yang kuat.
Alkisah, sang pakar kuda memiliki anak yang tidak begitu cerdas, namun dia ingin sekali mengajarkan ilmunya memilih kuda yang tangguh itu kepada anaknya. Dalam rangka memberikan latihan, maka dia pun memberikan buku panduan memilih kuda tersebut kepada sang anak dan menugaskannya berkelana untuk mencari seekor kuda yang tangguh dan membawanya pulang ke rumah. Ternyata, tak sampai beberapa jam, sang anak sudah kembali ke rumah berteriak-teriak memanggil ayahnya bahwa dia sudah menemukan kuda unggul. Begitu sang ayah keluar, ternyata si anak membawakan dia seekor kodok. Menurut sang anak, “si kuda unggul” tersebut memiliki mata yang besar, dahi yang simetris dan kaki belakang yang kuat.
Semangat Missionaris Dalam Buddhisme
Semangat Missionaris Dalam Buddhisme
Terdapat kelompok umat Buddha yang menolak pandangan yang mengatakan
adanya semangat missionaris dalam Buddhisme. Pendapat kelompok umat ini
tidaklah sepenuhnya benar. Bukannya tidak ada, malah boleh dikata
semangat missionaris Buddhis merupakan semangat missionaris yang sangat
awal, jika tidak bisa dibilang yang pertama, dalam catatan peradaban
agama manusia. Sebenarnya penolakan yang dilontarkan oleh kelompok tersebut lebih
didasarkan pada kekhawatiran dapat timbulnya pengertian yang salah dari
umat awam tentang semangat missionaris Buddhis. Dewasa ini karena ulah kelompok-kelompok tertentu kata
missionaris telah cenderung menjadi berkonotasi negatif. Oleh sebab
itu, jika mendengar kata missionaris, kesan pertama yang muncul adalah
sekelompok orang yang berusaha mempengaruhi dan merubah keyakinan orang
atau kelompok lain yang berbeda agamanya.
Duka Cita
Duka Cita
Abin Nagasena
Abin Nagasena
Ungkapan say it with flowers mungkin sudah sangat akrab
dengan telinga kita. Jika mendengar ungkapan tersebut, kemungkinan besar
bayangan yang pertama muncul dalam benak kita adalah suasana bahagia
sepasang mudamudi yang sedang kasmaran yang menyatakan perasaan cinta
mereka dengan melalui perantaraan bunga. Itu gambaran yang sangat umum,
namun ternyata ungkapan tersebut lebih banyak digunakan orang dalam
suasana yang tidak bahagia.
Say it with flowers ternyata lebih sering
berupa karangan bunga ungkapan bela sungkawa yang dikirimkan ke rumah
duka saat ada sahabat, kolega atau kerabat yang meninggal dunia.
Mengungkapkan rasa suka saja sudah begitu susah, apalagi ungkapan rasa
duka. Oleh karena itu, ungkapan rasa duka akan terasa lebih mudah jika
disampaikan dalam bentuk bunga. Ungkapan dengan bunga biasanya juga
diembel-embeli kalimat Turut Berduka Cita. Namun, jika kita
perhatikan lebih seksama, ternyata karangan bunga yang dikirimkan oleh
umat Buddha (baca: umat Buddha yang mendalami Dharma, bukan umat Buddha
KTP) atau organisasi Buddhis, biasanya tidak menyertakan kalimat Turut Berduka Cita tetapi menggunakan kalimat Sabbe Sankhara Anicca. Umat Buddha yang mengenal Dharma tentu mengerti arti kalimat Sabbe Sankhara Anicca.
Popular Posts
Blogger templates
Categories
Blogroll
Blog Archive
-
►
2015
(1)
- ► 05/03 - 05/10 (1)
-
▼
2014
(16)
- ► 10/05 - 10/12 (1)
- ▼ 09/14 - 09/21 (9)
- ► 05/11 - 05/18 (1)
- ► 04/27 - 05/04 (1)
- ► 01/26 - 02/02 (1)
- ► 01/19 - 01/26 (3)
-
►
2013
(11)
- ► 07/28 - 08/04 (5)
- ► 04/28 - 05/05 (1)
- ► 04/21 - 04/28 (1)
- ► 04/14 - 04/21 (1)
- ► 02/17 - 02/24 (1)
- ► 01/27 - 02/03 (1)
- ► 01/06 - 01/13 (1)
-
►
2012
(26)
- ► 12/23 - 12/30 (2)
- ► 12/16 - 12/23 (3)
- ► 11/04 - 11/11 (2)
- ► 09/16 - 09/23 (3)
- ► 09/09 - 09/16 (2)
- ► 08/19 - 08/26 (1)
- ► 08/12 - 08/19 (4)
- ► 05/20 - 05/27 (1)
- ► 05/13 - 05/20 (2)
- ► 05/06 - 05/13 (1)
- ► 04/15 - 04/22 (2)
- ► 03/04 - 03/11 (3)
-
►
2011
(54)
- ► 09/11 - 09/18 (7)
- ► 09/04 - 09/11 (2)
- ► 08/28 - 09/04 (2)
- ► 08/07 - 08/14 (2)
- ► 07/31 - 08/07 (1)
- ► 07/17 - 07/24 (2)
- ► 07/10 - 07/17 (3)
- ► 07/03 - 07/10 (6)
- ► 06/26 - 07/03 (2)
- ► 06/19 - 06/26 (1)
- ► 06/12 - 06/19 (3)
- ► 06/05 - 06/12 (4)
- ► 05/29 - 06/05 (1)
- ► 05/15 - 05/22 (2)
- ► 05/01 - 05/08 (7)
- ► 04/24 - 05/01 (8)
- ► 04/17 - 04/24 (1)
About
Copyright ©
KEROHANIAN DHARMA | Powered by Blogger
Design by Flythemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com