Pergilah kalian, demi kesejahteraan semua, demi kebahagiaan semua, atas dasar belas kasih kepada dunia, demi manfaat kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia.
Janganlah pergi berdua dalam satu jalan.
Babarkanlah Dhamma ini, yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya dan indah pada akhirnya.
“Seseorang seharusnya tidak hanya menghargai agamanya dan mencela agama orang lain, tetapi seseorang seharusnya menghargai agama orang lain. Dengan melakukan hal ini, seseorang membantu agamanya untuk tumbuh dan memberikan perlakuan yang baik terhadap agama yang lain juga. Dengan melakukan yang sebaliknya, seseorang menggali kubur bagi agamanya sendiri dan sekaligus merugikan agama yang lain.”
Semangat yang luar biasa ini telah merefleksikan keseluruhan ajaran Buddha yang berlaku bagi semua makhluk (universal), tanpa kekerasan (ahimsa) dan bebas dari iming-iming.
Semoga ajaran Buddha tetap lestari, dalam waktu yang lama di dunia ini.
RAJA ASOKA
Wajah Missionaris Buddhis
Raja Asoka dari dinasti Maurya yang berkuasa di India dari tahun 273 SM hingga 232 SM adalah seorang raja beragama Buddha yang menguasai sebagian besar anak benua India. Kekuasaan Raja Asoka membentang dari Afghanistan hingga Bangladesh. Setelah mengenal ajaran Buddha, Raja Asoka mengalami transformasi luar biasa. Dari seorang raja yang dijuluki sebagai Canda Asoka, yang menunjukkan bahwa ia adalah pembunuh yang tak kenal kasih, kemudian berubah menjadi Dhammasoka yang berarti Asoka penganut Dhamma atau Asoka yang saleh.
Selama kepemimpinannya, Raja Asoka menyebarluaskan ajaran Buddha dengan dibantu oleh putranya yang bernama Mahinda dan putrinya yang bernama Sanghamitta. Kedua putra-putrinya ini menjadi anggota Sangha dan berkelana memperkenalkan ajaran Buddha ke seluruh pelosok India hingga ke Srilanka, Mesir dan Yunani.
Selama sisa masa pemerintahannya semenjak mengenal Buddha Dhamma, Raja Asoka menerapkan kebijakan resmi anti kekerasan (ahimsa), bahkan penyiksaan dan pembunuhan sia-sia terhadap binatang juga dilarang, termasuk perburuan untuk olahraga dan pengisian waktu luang. Rakyatnya diperlakukan secara sama tanpa membedakan derajat, agama, haluan politik, ras, suku bangsa ataupun kasta.
Semangat missionaris Buddhis yang dimanifestasikan secara nyata oleh Raja Asoka ini masih dapat kita saksikan hingga kini di berbagai tempat di India melalui pilar-pilar yang dikenal dengan nama Pilar Asoka. Pilar-pilar Asoka tersebut terbuat dari batu granit dengan puncaknya berbentuk empat singa yang berdiri membelakangi satu sama lain. Simbol singa inilah yang kemudian dijadikan sebagai lambang negara India modern.Walau telah berlalu lebih dari 2000 tahun, kebesaran Raja Asoka tetap harum mengiringi semangat toleransi ajaran Buddha yang dilestarikannya pada prasasti yang terukir di tiap pilar Asoka:Seseorang sebaiknya tidak hanya menghormati agamanya sendiri dan mengutuk agama lain, tetapi seseorang sebaiknya menghormati agama lain dengan alasan tertentu. Dengan berbuat demikian, seseorang membantu agamanya sendiri untuk tumbuh dan menyumbangkan jasa bagi agama lain. Dengan berbuat sebaliknya, seseorang menggali kubur bagi agamanya sendiri dan juga menyakiti agama lain. Barang siapa yang menghormati agamanya sendiri dan mengutuk agama lain, melakukannya melalui pemujaan terhadap agamanya sendiri, berpikir, “Saya akan memuliakan agama saya sendiri.” Namun sebaliknya, dengan berbuat demikian ia justru melukai agamanya sendiri dengan lebih parah; maka kerukunan itu baik adanya. Biarkan semua mendengar dan berniat untuk mendengarkan ajaran yang dianut oleh orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar