Mengingat asal diri di hari Cengbeng, berbakti pada
orangtua adalah kewajiban manusia
“Hari ini adalah hari Cengbeng (hari ziarah makam bagi etnis Tionghoa),
sebagaimana sebutannya ‘cengbeng’, kita semestinya paham akan makna ‘cengbeng’,
‘ceng’ artinya tidak tercemar, ‘beng’ artinya sangat jelas. Setiap orang harus
mengerti kalau kepatutan dan moral manusia bersumber dari batin, setiap orang
harus menjaga moral mendasar, yaitu berterima kasih pada kedua orangtua dengan
hati bersyukur, darimana datangnya tubuh kita ini? Kita harus mengingat pada
budi luhur orangtua.
Maka orang dulu mengatakan, berbakti pada orangtua
adalah urutan pertama dari segala kebajikan, ini menjelaskan pentingnya
berbakti pada orangtua, terutama di kala kedua orangtua masih hidup, kita harus
baik-baik berbakti pada orangtua.” Dalam pertemuan pagi ini dengan relawan,
Master Cheng Yen berceramah akan makna berbakti pada orangtua dengan
menjelaskan tentang arti daripada hari Cengbeng.
Memberi perhatian pada makam orangtua harusnya timbul dari dalam lubuk hati, berbakti
dan membalas budi orangtua harus dilakukan dengan segera
Bagaimana caranya kita berbakti pada orangtua? Master mengatakan kalau itu
dapat dilakukan dengan bersikap patuh pada orangtua, tidak boleh ada pikiran
untuk membantah terhadap orangtua. Master mengatakan, “Murid Konghucu bertanya
padanya tentang bakti pada orangtua, Konghucu menjawab ‘air muka sulit
dikendalikan’, sulit sekali untuk menyelaraskan air muka terhadap orangtua.
Orang sekarang bukan saja tidak memperlihatkan air muka yang baik kepada
orangtua, sikap juga kurang hormat pada orangtua, orangtua berdiri dan berkata
dengan serius pada anak, anak malah duduk menyilangkan kaki. Sekarang jarang
mendengar ada anak yang berkata: Saya tidak berani mengatakannya, takut
orangtuaku nanti marah! Jarang sekali ada anak yang bisa mempertimbangkan
perasaan orangtua, moral mendasar berupa kepatutan moral itu sudah tidak ada
lagi.”
Master mengungkit bahwa kadangkala ada mendengar para arsitek berbagi cerita,
keluarga sekarang kalau hendak membangun rumah baru, selalu terlebih dahulu
memikirkan di mana kamar tidur anak dan tempat belajar anak, barulah memikirkan
kamar tidur diri sendiri, terakhir menyisakan lokasi yang tidak begitu
strategis untuk kamar tidur orangtua, semua ini membuat orang sedih mendengarnya;
ketika orangtua meninggal dunia, barulah berpikir untuk mengadakan upacara
pemakaman meriah dan membangunkan makam megah untuk mengenang orangtua, akan
tetapi makam itu berada di daerah luar kota yang sepi dan dipenuhi semak
belukar, sungguh kesepian sekali! Ini benar-benar menjungkir-balikkan mana yang
utama dan mana yang sekunder. Ada pepatah Taiwan mengatakan, “Ketika orangtua
masih hidup, memberikan oleh-oleh berupa sebutir kacang pada orangtua, ketika
orangtua sudah meninggal, barulah bersembahyang dengan kepala babi.” Artinya
berbakti pada orangtua seharusnya dilakukan ketika orangtua masih hidup, bukan
sesudah orangtua meninggal dunia.
Pembakaran kertas sembahyang hanya memperburuk gejala pemanasan global, jangan
membunuh demi bersembahyang pada leluhur
Niat dan sikap berbakti pada orangtua bukan hanya untuk satu hari atau sesaat
saja, Master mengambil contoh relawan Li Zongji. Pada masa kecilnya, Li Zongji
hidup dalam keluarga miskin, ayahnya telah meninggal dunia dini sekali dan dia
dibesarkan oleh ibunya, dia sangat berbakti pada ibunya, di kemudian hari
ketika dia sangat berhasil dalam usaha transportasi laut, dalam upacara
pelayaran pertama kapal perusahaannya, pengguntingan pita tidak pernah
dilakukan oleh pejabat atau tamu terhormat, selalu dipimpin oleh ibunya. Ketika
ibunya meninggal dunia, dimakamkan pada tanah pemakaman terdekat, dia setiap
hari pergi ke makam ibunya untuk membersihkan makam dan berbicara dengan
ibunya, tidak pernah terhambat sekali pun oleh hujan dan angin. Master memberi
pujian, “Li Zongji baru merupakan Cengbeng sesungguhnya, setiap hari merupakan
hari Cengbeng baginya, dia memimpin orang dengan akhlak baik, juga mendidik
anak dengan akhlak baik, sekeluarganya merupakan insan Tzu Chi, ini barulah
cengbeng sesungguhnya, memberi perhatian pada makam orangtua adalah bentuk
berterima kasih pada budi luhur orangtua.”
Master berceramah, “Hari Cengbeng adalah saat memberi perhatian pada makam
orangtua, membersihkan makam para pendahulu dan mengenang budi leluhur, kita harus
memberitahu anak-anak akan akhlak leluhurnya, dapat mengenang akhlak leluhur
baru merupakan bentuk memberi perhatian pada makam orangtua sesungguhnya.
Tetapi jangan membakar kertas sembahyang dan mempersembahkan daging hewan,
membakar uang kertas akan memercikkan api yang dapat membakar ladang rumput nan
luas; mempersembahkan daging hewan adalah bersembahyang dengan mayat,
semestinya mengenang akhlak dengan hati tulus, ini barulah makna dari memberi
perhatian pada makam orangtua di hari Cengbeng.”
Bumi merekah dan kering sebagai sinyal peringatan, hanya batin manusia yang
dapat meredakannya
Di dunia ini bencana alam semakin sering terjadi, empat unsur utama alam sudah
tidak selaras lagi, Master berpesan dengan meminjam hari Cengbeng ini, “Setiap
orang harus kembali pada sifat hakiki dan akar moralitas, barulah bisa membuat
dunia terbebas dari bencana. Begitu banyak bencana alam melanda dunia, bencana
kekeringan sudah merata di seluruh dunia, selain itu empat unsur utama alam
sudah tidak selaras lagi, bagaimana memperlambatnya? Hanya dengan merubah
kondisi batin manusia.”
Master berceramah, “Hari ini adalah hari Cengbeng, kita harus membuat alam
tetap hijau dan melindungi udara dari pencemaran, yang perlu kita lakukan
adalah memberi perhatian pada makam orangtua dengan cara sesungguhnya, jangan
lagi merusak tanaman alam, jangan lagi melakukan eksploitasi dan perusakan,
hanya dengan mengurangi gejala ketidak selarasan empat unsur utama alam,
barulah bumi bisa terselamatkan dan dunia terbebas dari bencana. Saya berharap
semua orang paham akan makna hari Cengbeng, arah batin harus benar, jangan
percaya takhayul, semua ini yang mesti kita miliki.”
Popular Posts
Blogger templates
Categories
Blogroll
Blog Archive
-
►
2015
(1)
- ► 05/03 - 05/10 (1)
-
►
2014
(16)
- ► 10/05 - 10/12 (1)
- ► 09/14 - 09/21 (9)
- ► 05/11 - 05/18 (1)
- ► 04/27 - 05/04 (1)
- ► 01/26 - 02/02 (1)
- ► 01/19 - 01/26 (3)
-
►
2013
(11)
- ► 07/28 - 08/04 (5)
- ► 04/28 - 05/05 (1)
- ► 04/21 - 04/28 (1)
- ► 04/14 - 04/21 (1)
- ► 02/17 - 02/24 (1)
- ► 01/27 - 02/03 (1)
- ► 01/06 - 01/13 (1)
-
▼
2012
(26)
- ► 12/23 - 12/30 (2)
- ► 12/16 - 12/23 (3)
- ► 11/04 - 11/11 (2)
- ► 09/16 - 09/23 (3)
- ► 09/09 - 09/16 (2)
- ► 08/19 - 08/26 (1)
- ► 08/12 - 08/19 (4)
- ► 05/20 - 05/27 (1)
- ► 05/06 - 05/13 (1)
- ► 04/15 - 04/22 (2)
- ► 03/04 - 03/11 (3)
-
►
2011
(54)
- ► 09/11 - 09/18 (7)
- ► 09/04 - 09/11 (2)
- ► 08/28 - 09/04 (2)
- ► 08/07 - 08/14 (2)
- ► 07/31 - 08/07 (1)
- ► 07/17 - 07/24 (2)
- ► 07/10 - 07/17 (3)
- ► 07/03 - 07/10 (6)
- ► 06/26 - 07/03 (2)
- ► 06/19 - 06/26 (1)
- ► 06/12 - 06/19 (3)
- ► 06/05 - 06/12 (4)
- ► 05/29 - 06/05 (1)
- ► 05/15 - 05/22 (2)
- ► 05/01 - 05/08 (7)
- ► 04/24 - 05/01 (8)
- ► 04/17 - 04/24 (1)
About
Copyright ©
KEROHANIAN DHARMA | Powered by Blogger
Design by Flythemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com
0 komentar:
Posting Komentar