Sekitar 30 bhikku berikut samanera dari Saṅgha Theravāda Indonesia (STI) melakukan kegiatan pindapata (Pali: piṇḍapāta) dalam rangka menggemakan Vesak atau Waisak 2556 EB (Era Buddhis) pada Minggu (22/4) di sekitar daerah KotaTua, Jakarta.
Kegiatan pindapata tahunan yang disertai dengan kegiatan bakti sosial tersebut dilaksanakan sejak pukul 06.00 WIB – 10.00 WIB, diikuti oleh sekitar seribu orang umat Buddha dari Jakarta maupun dari luar kota.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan pindapata tahunan yang telah berlangsung untuk kelima kalinya sejak pertama kali diadakan pada tahun 2008, mengambil rute: dimulai dari Museum Fatahillah (depan BNI) – Bios – Pintu Besar Selatan – Hayam Wuruk – Harco – Lindeteves, kemudian berputar ke Jl. Gajah Mada – Pintu Besar Utara – kemudian kembali menuju Taman Fatahillah.
Untuk kegiatan bakti sosial yang terdiri dari pengobatan gratis dan donor darah, di adakan pada saat hampir bersamaan dengan berlangsungnya pindapata yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB di Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah).
Tahun ini, kegiatan pindapata dan bakti sosial tersebut juga mengusung tema yang sama dengan tema Waisak yang diusung oleh STI yaitu ”Kebijaksanaan Tonggak Kejujuran”.
Meskipun kegiatan pindapata tahunan tersebut bertujuan untuk menggemakan Waisak dan memberikan kesempatan kepada para umat Buddha untuk berbuat kebajikan, namun kegiatan tersebut juga tidak luput dari kontroversi dan kritikan.
Pindapata yang merupakan salah satu dari 13 dhutaṅga atau praktik pertapaan para bhikkhu, memiliki tata cara atau proses tersendiri dalam pelaksanaannya. Pindapata dilaksanakan oleh para bhikkhu pada pagi hari untuk mengumpulkan dana berupa makanan siap santap yang dapat dimakan oleh bhikkhu yang bersangkutan setelah makanan terkumpul dalam satu mangkuk (Pali: patta), atau dalam kasus tertentu maksimal 3 mangkuk untuk dibagikan kepada bhikkhu lainnya. Setelah makanan terkumpul, para bhikkhu berhenti berkeliling menerima dana makanan dan kembali ke tempatnya untuk menyantap makanan tersebut.
Hal ini agak berbeda dengan apa yang terjadi pada proses kegiatan pindapata STI Gema Waisak, karena para bhikkhu tidak berhenti berkeliling menerima makanan setelah mangkuk mereka penuh dan tetap menerima benda-benda yang bukan makanan siap santap ke dalam mangkuk mereka.
Walaupun dana yang terkumpul tidak dipakai atau digunakan secara keseluruhan oleh para bhikku tetapi untuk disumbangkan pada kegiatan sosial lainnya, serta para bhikku dapat menerima banyak persembahan selain makanan, namun proses kegiatan tersebut lebih cenderung merupakan sebuah proses kegiatan penggalangan dana sosial ataupun proses pemberian dana kepada anggota sangha daripada sebuah proses kegiatan pindapata. Inilah yang dikritisi oleh beberapa kalangan pada belakangan ini.
Kegiatan Gema Waisak berawal dari ide salah seorang anggota Saṅgha Theravāda Indonesia, Y.M. Saddhaviro Mahathera, pada tahun 2007, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya umat Buddha terhadap momen Waisak berupa bakti sosial.
Sumber : Bhagavant
1 komentar:
Kalau untuk waisak tahun 2013 ini? Acaranya apa ya?
Posting Komentar